Thursday, June 21, 2007

how to love imam

Lebih Dekat Dengan Orang Suci

(Belajar mencintai Para Imam )

Wadhih Salam (Direktur Muntada
Tahqiq Islam )

Dengan tafakur yang sangat dalam kita menyadari bahwa hasrat untuk mencapai keluhuran moral terdapat dalam diri manusia, yang lebih tinggi dibandingkan hasrat untuk memperoleh ketinggian yang bersifat material. Satu-satunya jalan yang efektif untuk memenuhi hasrat itu adalah mengembangkan hubungan yang erat dengan sumber kesucian dan sumber moral. Orang muslim harus mampu mengembangkan hubungan vertikal yang berkualitas dengan Allah, para nabi, para imam dan wali-wali yang suci. Dan perjalanan ini bisa dimulai dari antara mereka sesama muslim sendiri. Seorang muslim akan selalu melihat muslim yang lain sebagai cermin dari dirinya. Ia ingin mengetahui, mengevaluasi dan memahami dirinya dengan membandingkan dan belajar dari yang lain. Jika cermin orang mukmin itu agak kusam, ia akan bersedih hati merasakan betapa dirinya masih kusam dan kotor, dan sebaiknya jika ia melihat cermin itu cemerlang, ia merasa bahwa ia memiliki kecemerlangan itu dan gembira bahwa ia akan bisa seperti itu. Dan jika cermin itu adalah cahaya ia akan tersedot dan tunduk serta menyerahkan dirinya kepada pemilik cermin yang sangat terang dan bercahaya tersebut. Pemilik cermin yang sangat bercahaya adalah orang-orang suci yang disepanjang zaman selalu merebut hati manusia orang mukmin. Orang-orang suci dari kalangan mana saja telah menorehkan cinta dan kerinduan kita, kita menangis untuk mereka, kita mencari keberkatan dari mereka, kita meminta menempatkan mereka sebagai wasilah kepada Allah swt dan para nabi. Orang suci adalah para penjaga nurani cinta kita kepada tuhan. Ada banyak orang yang disucikan dan orang-orang suci disepanjang masa dan zaman senantiasa memukau dan menyentuh bagian dari milik kita yang paling dalam. Mereka menghangatkan iman, menggelorakan kekuatan spiritual dan memberi energi kehidupan yang akan terus menyala. Allah swt sebenarnya menebarkan orang-orang suci itu untuk menjadi pembimbing kita dan guru spiritual kita. Kata orang cinta adalah kerinduan terhadap belahan yang lepas.Eros berarti keinginan manusia untuk selalu memiliki kebaikan. Objek tertinggi cinta adalah kebaikan yang dikenali sebagai keindahan mutlak. Namun kata orang arif cinta pada hakikatnya milik Allah.Cinta itu baik karena suci, namun ia tetap menjadi tabir yang menyesatkan selama para pencinta tidak mengetahui objek cinta yang sesungguhnya Para imam adalah orang-orang suci yang aklak dan ajaran-ajaranya adalah khazanah kekayaaan samudra ilmu dan makrifat yang tidak ada habisnya yang juga dikukuhkan secara syariat dan secara empirik. Merekalah garis penghubung antara langit dan bumi setelah wafanya rasul, mata rantai para imam akan terus selalu berada di dekat kita. Warisan eksoterik (antara lain hadis, riwayat, petuah) dan esoteris (antara lain intuisi, pengalaman spiritual, tazkiyah nafsi ) senantiasa hadir datang menghampiri kita untuk kita baca, kita hayati dan kita jadikan pegangan dalam hidup. Sekalipun mencintai para wali,orang suci dan juga termasuk para imam sebagai sebuah karakter bersama atau pembawaan orang-orang mukmin. Namun untuk sampai ke tahap cinta hakiki tampakah perlu kesabaran dan perjuangan. Cinta memang menuntut perjuangan dan pengorbanan buahnya adalah ridha dan kepatuhan. Apatah bisa cinta diucapkan, apakah bisa cinta dikelabui? Tidak cinta tidak bisa dikelabui, cinta yang cepat memudar dan dan perlahan-lahan menguap adalah cinta dunia. Bahwa seseorang tidak mencintai sang kekasih kecuali setelah ia mengetahui kesempurnaan esensi (kamal dzat) kekasihnya. Dari mana datangnya cinta ini? Cinta kepada para imam adalah cinta yang tidak bisa begitu datang begitu saja tanpa keaktifan ilmu dan jiwa. Untuk mengenal para imam diperlukan pengetahuan dan pengetahuan itu harus sampai kepada pengetahuan kesempurnaan esensinya (kamal dzat) tentang para imam, jadi bukan hanya Allah dan para rasul saja yang mengetahui potensi, kualitas dan kapasitas manusia-manusai mashum ini tapi juga manusia di bawahnya. Pengetahuan ini memerlukan kecerdasan, kearifan dan juga pengalaman, kemudian ilmu ini diverifikasi dalam dirinya sehingga menjadi pengetahuan yang teguh (gnosis) dan pengetahuan ini muncul hsarat dn kerinduan kepada keindahan esensi. Cinta itu juga menyebabkan ia merasa rida terhadap kehendak sang kekasih, sikap menarik diri dari wujud yang lain dan rasa berserah diri yang unik, tanpa itu cinta kita adalah cinta kanak-kanak yang tidak akan pernah dewasa dan bahkan kian memudar manakala ada yang menggantikanya yang lebih terasa, lebih menghanyutkan indra fisik dan tiada perlu bersusah payah. Perhatian kita kepada dunia, kebutuhan-kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, ekonomis, estetis lebih kita seriusi ketimbang kebutuhan-kebutuhan iman dan kesucian kita.

Rumi mengatakan cinta adalah realitas abadi, tetapi ia cenderung memudar dan menghilang karena mansia jatuh cinta pada pantulan cahaya sang kekasih. Cinta sejati bergantung pada pemahaman. Pecinta harus membedakan emas dari kilaunya .

Cinta yang memudar adalah cinta yang tidak benar, cinta yang selalu berganti-ganti bukanlah cinta sejati. Dan cinta tanpa konsekwensi adalah cinta yang hanya menggebu-gebu di permukaan saja, tidak merasuk ke dalam sanubari tidak lagi di serap ke dalam diri. Cinta sejati adalah orang itu menjadi cinta itu sendiri. Cinta kepada imam adalah menyatu dengan imam dan tidak terpisahkan dalam keadaan apapun. Wali-wali Allah seperti para imam adalah sumber kebaikan dan keberkatan bagi semua, maka orang yang mencintai mereka juga harus menjadi sumber kebaikan, sumber teladan, sumber kesucian. Imam adalah oase bagi orang-orang yang dahaga akan makrifat, cahaya, dan hidayaha. Maka orang-orang yang mencitai imam juga adalah cahaya-cahaya, sumber makrifat dan jalan bagi hidayah. Mereka harus menjadi manusia-manusia tercerahkan dan mencerahkan.

Kita selain harus menginvestasikan waktu, tenaga dan pemikiran kita untuk masa depan terdekat yaitu dunia jangan lupa juga untuk menanamkan modal keimanan dan spiritual kita dengan meretas pengalaman-pengalaman suci, menjalin keakraban dan cinta dengan wali-wali agung,dengan para imam yang sudah dipilih oleh Allah yaitu keluarga nabi. Bukankan Nabi sendiri tidak meminta upah dari kita selain kecintaan kepada keluarganya.Kecintaan inilah sebenarnya mengandung rahasia yang dalam dan tidak ternilai, bagi yang memuaskan dirinya dengan amalan-amalan eksoterik, lahiriyah akan terdampar dalam kulit agama yang kering dan tidak memahami mengapa nabi menyuruh kita mencintai keluarganya, namun untuk mereka yang bisa menghidupkan ruh dan jasadnnya hidup

Di dalam salah satu doa diajarkan untuk mencintai dan mengenali para imam itu, Ya Allah kenalkan diri-Mu karena kalau aku tidak mengenal diri-Mu aku tidak mengenal nabi-Mu, dan kenalkan juga nabimu karena kalau aku tidak mengenal nabi-Mu aku tidak akan mengenal hujahmu (para imam) dan kenalkan juga hujah-Mu sebab kalau aku tidak mengenal hujah-Mu aku tersesat dalam beragama. Tampaknya ada garis paralel antara mengenal Allah, nabi dan para imam, tanpa terlebih dahulu mengenal Allah kita tidak mungkin bisa mengenal nabi dan tanpa mengenal nabi tidak mungki pula kita mengenal para imam. Jadi hakikatnya cinta itu adalah hasil dari sebuah cinta yang kudus kepada Allah dan nabi Muhamad saw. Manusia hidup didunia ini sebenarnya adalah bertugas mencintai Allah dan orang-orang suci, tugas ini bukan tugas beban tapi sebuah pembawaan dalam diri kita yang berasal dari tuhan yang maha pencinta. Inilah

Rasulullah mengatakan, “Siapapun yang dikaruniai Allah kecintaan kepada para imam ahlulbaitku (kelurga suci nabi Muhammad), maka ia telah mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat dan jangan diragukan lagi bahwa ia berada (masuk) dalam surga. Sesungguhnya dalam kecintaan kepada ahlulbaitku terdapat dua puluh sifat :sepuluh diantaranya ada didunia dan sepuluh diantaranya ada di akhirat . Adapun yang diunia zuhud, rajin mencari ilmu, wara, suka beribadah, melakukan salat malam, bertobat sebelum meninggal, tidak bergantung kepada manusia, memelihara perintamnn dalaranganya, tidak suka dengan dunia dan dermawan adapaun di akhirat ia tidak dihisab, tidak dittimbang, dibreikan kitabn dari tangn kananaym,ditetapan beas dari api neraka, diputihkan wajahnya, diberi pakaian dair perhisan surgawi diberi wewenang syafat bagi 100 orang dari keluarnganya, Allah akan memandangnya dengan kasih sayang, mengenakan mahkota surga dan kesepuluh masuk surga tanpa dihisab.

No comments: